MENGHARGAI ORANG LAIN
Oleh ISKAK SUGIYARTO
Meskipun mudah diucapkan dan diceramahkan menghargai orang lain sangat sulit dilakukan. Buktinya para wakil rakyat kita seringkali tawuran di ruang sidang hanya karena berbeda pendapat soal “uang”. Beda pendapat bukanlah soal besar asal orang dapat menghargai pendapat orang lain. Lagian masih pendapat mengapa tidak diterima saja dulu. Tapi, itulah cermin “anak-anak” yang menjadi wakil rakyat.
Kitab Suci orang Kristen menceritakan satu kisah yang harus menjadi teladan bagi para petinggi – petinggi apa saja untuk menghargai orang lain meskipun pembantunya.
Naaman adalah seorang panglima raja Aram yang terpandang karena kemenangan-kemenangannya dalam perang, dan dia sangat disayangi oleh rajanya. Tetapi suatu saat dia mengalami sakit kusta yang belum ditemukan obatnya, sudah semua dukun yang ada di seluruh wilayah kerajaan Aram diundang untuk menyembuhkannya tetapi semua ramuan dari yang tradisional sampai dengan yang “aspal” dicoba tetapi tidak ada yang dapat menyembuhkannya. Kemudian rasa putus asa sudah menggelayuti pikiran Naaman, hopeless gitu?. Beruntung keluarga Naaman mempunyai seorang gadis kecil yang menjadi pembantu istrinya (Naaman dapat didakwa dengan UU Perlindungan Anak karena memekerjakan anak perempuan dibawah umur ?).
Atas usul pembantunya, kemudian Naaman dengan bekal surat rekomendasi raja pergi ke Samaria, Israel utara untuk menemui nabi Elisa. Nabi Elisa melalui bujangnya, Gehazi, menyuruh Naaman untuk mandi “kembang” sebanyak tujuh kali di sungai Yordan supaya tubuh yang terkena kusta dapat pulih dan tahir. Awalnya, Naaman gusar mendengar resep aneh dari nabi Elisa, tetapi pegawai-pegawainya menyarankan supaya resep aneh itu dilakukan saja apalagi hanya mandi, gitu aja kok repot....Akhirnya Naaman mandi sesuai dengan resep nabi dan pulihlah tubuhnya seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.
Kisah Naaman sisi lain mengandung keanehan karena menceritakan kisah yang dialami oleh orang di luar Israel, karena Alkitab mestinya hanya menulis kisah Israel saja. Cerita ini ingin menunjukkan bahwa pada diri anak perempuan Israel di negeri lain dan menjadi budak orang “kafir”, istri Naaman, masih ada keyakinan bahwa TUHAN ada di Israel dan sanggup menyembuhkan segala penyakit (2 Raja-raja 5:1-16).
Keputusan Naaman untuk berangkat ke Samaria bukan hanya didesak karena kebutuhan sembuh dari sakit kustanya, tetapi juga karena dia menghargai (saran) pembantunya. Tanpa sikap itu mustahil Naaman berangkat ke Samaria, bangsa seteru kerajaan Aram, apalagi yang memberi saran adalah seorang anak perempuan tawanan yang dijadikannya pembantu.
Sudahkah kita menghargai orang lain ? Menghargai bukan karena orang lain lebih tua dari kita, atasan kita, lebih kaya, atau orang yang lebih-lebih lainnya dari kita, tetapi sudahkah kita menghargai orang yang secara status apapun berada di bawah kita ? (1 Kor 12:23). Menghargai tidak boleh didasarkan pada status, dan menghargai bukan pilih-pilih tetapi menghargai yang sesungguhnya adalah menghargai mereka yang mungkin tidak patut dihargai.
Mari saling menghargai ....
- Login to post comments
- 13928 reads
Comments
4 comments postedSangat baik kalau kita menjadi orang yang santu tapi kadangkala kedagingan kita tidak dapat dilecehkan bagaimana mengatasi diri sndiri.
Sebagaimana yang sudah ditanyakan, saya mencoba merespon pertanyaan tersebut
Selama masih bernafas, sifat kedagingan itu tentunya masih melekat namun bagaimana menempatkan porsi kedagingan itu diposisi paling bawah dengan berpegang pada ketika kita hidup tidak membawa apa2 dan akan kembali ke rumah Bapa di Surga jg takkan membawa apa2 namun bukannya kita berpangku tangan saat ada didunia ini. Mengisi apa yang terbaik bisa kita kerjakan dan memberitakan kebenaran firman.
Semoga Tuhan maafkan jika tulisan ini kurang berkenan
GBU
Dengan lebih byk membaca alkitab,merenungi n menjalankan dlm kehidupan serta byk mendengar firman,kita akan lebih byk sabar n tentunya akan lebih menghargai orang lain tanpa memandang status... Imanuel
Sebuah kata yg pendek namun sangat berarti..
Sering menjadi pemicu perpecahan..
Tidak jarang menjadi biak kerok perselisihan..
Semua org butuh, tp tdk semua org bisa memberi..