Login / Register    » RSS GEMA Feed

Sejarah Lagu "Tercurah Darah yang Kudus"

admin's picture

Syair : There Is a Fountain, William Cowper, antara 1771. Terjemahan, yayasan Musik Gerejawi, 1977 (dengan peruahan seperlunya). Zakaria 13:1.

Lagu : CLEANSING FOUNTAIN, Lagu rakyat Amerika, Abad ke-19

Bolehkah siapa saja mengarang nyanyian pujian?

Pembaca seri buku ini pasti akan insaf bahwa ada bermacam-macam lagu pilihan yang telah menjadi kesayangan umat Kristen di seluruh dunia. Dan ada juga bermacam-macam orang yang pernah dipakai oleh Tuhan untuk menciptakan lagu-lagu tersebut. Pria, wanita, tua, muda, pendeta, kaum awam, orang-orang dari berbagai-bagai bangsa dan latar belakang--semuanya termasuk.

Akan tetapi...adakah batasnya? Adakah orang yang rupa-rupanya tak mungkin menjadi calon pengarang nyanyian pujian?

Bagaimanakah kalau orang yang sakit jiwa?

Bagaimanakah kalau orang yang menjadi penjahat kelas berat?

Dalam pasal ini akan dikisahkan "Lagu Kesaksian Karangan Orang Sakit Jiwa," dan dalam pasal yang berikutnya akan dikisahkan "Lagu Anugerah Karangan Orang Bekas Penjahat." Sesungguhnya riwayat hidup kedua pengarang itu saling berpautan secara erat sekali.

Masa Muda yang Menyedihkan

William Cowper lahir di Inggris pada tahun 1731. Keluarganya cukup berada, lagi berkedudukan tinggi dalam masyarakat. Ayahnya seorang pendeta dari Gereja Inggris. Tetapi si William, seorang anak yang pendiam dan pemalu, lebih akrab dengan ibunya.

Sayang sekali, ibunya yang tercinta meninggal pada waktu William Cowper baru berumur enam tahun. Pengasuhnya yang bodoh menghibur anak kecil itu dengan berbohong: "Jangan nangis, 'nak, ibumu akan kembali lagi besok." Tetapi ibunya tidak pernah kembali lagi.

Lalu si William dikirim ke sekolah, dan harus tinggal di sebuah asrama. Seorang anak laki-laki yang lebih besar sangat menganiaya dia. Pada umur delapan tahun, karena kelemahan mata William tidak boleh bersekolah lagi. Bahkan selama dua tahun ia pun dilarang membaca.

Akhirnya ia dimasukkan pada sebuah sekolah yang lebih cocok baginya, dan mendapat pendidikan yang baik. Kemudian atas anjuran keluarganya ia belajar menjadi ahli hukum, walau ia sendiri kurang berminat akan pekerjaan itu. Bertahun-tahun lamanya ia hidup berfoya-foya dengan kawan-kawan yang sebaya di ibu kota London--kadang kala belajar, kadang kala bertugas di bidang hukum, kadang kala mengarang untuk surat kabar atau majalah, kadang kala bermalas- malasan saja.

Lalu William Cowper melamar saudara sepupunya yang cantik. Tetapi ayah pemudi itu melarang mereka menikah. Penghasilan pemuda itu sedikit sekali; kehidupannya masih belum menentu. Pada tahun yang sama, sahabat karib William mati lemas dalam air, dan ayahnya pun meninggal dunia.

Akhirnya ada kesempatan yang memberi harapan baru: Ia boleh menjadi seorang penulis hukum untuk Parliament Inggris (DPR). Tetapi untuk memanfaatkan kesempatan itu, ia harus lulus ujian. Ketakutan akan ujian itu menyebabkan William Cowper menjadi sungguh gila. Empat kali ia berusaha bunuh diri. Selama satu setengah tahun ia harus hidup terkurung dalam rumah sakit jiwa.

"Bertobat di Bedlam"

"Bedlam" adalah sebuah istilah bahasa Inggris yang agak kurang sopan; artinya, tempat pengurungan orang sakit jiwa. Namun William Cowper dengan terus terang menggambarkan dirinya sendiri sebagai "seorang yang bertobat di Bedlam."

Sejak kecil William Cowper diajarkan tentang isi Alkitab. Tetapi bagi dia agama Kristen rupa-rupanya hanya suatu adat saja. Kini, pada waktu ia masih dirawat di rumah sakit jiwa, ia sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Tidak lama kemudian, ia pun diizinkan pulang dari tempat perawatan itu.

Pulang? Ke manakah? Siapa gerangan yang mau menerima orang seperti dia?

Syukurlah, ada seorang kawannya yang mengundang William Cowper ke rumahnya. Ibu bapak dari pemuda itu sangat baik hati terhadap seorang yang sudah terlalu banyak menderita sengsara batin. Selama tigapuluh tahun lebih, William Cowper tetap tinggal serumah dengan keluarga yang ramah itu.

Keluarga itu diajak pindah ke sebuah desa kecil oleh pendeta setempat, John Newton. (Lihatlah pasal 5 dalam buku ini) Pendeta Newton menolong mereka mendapatkan sebuah rumah yang dekat rumahnya sendiri. Bahkan halaman belakang dari kedua rumah itu kemudian dihubungkan.

Di situ, dalam suatu tempat yang agak terlindung dari dunia luar, Pendeta Newton sangat menolong kesembuhan jiwa William Cowper. Mula-mula mereka bekerja sama dalam tugas biasa, seperti bercocok tanam, memelihara burung, marmot, dan kelinci, dan juga menjalankan sebuah mesin cetak kecil. Dengan persahabatan yang bertumbuh dan kesehatan yang bertambah kuat, William Cowper lalu bersedia menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pendeta Newton menunjuk dia menjadi semacam pendeta pembantu tak resmi.

William Cowper senang mengunjungi dan menghibur orang yang sakit dan sedih. Ia menyalurkan bantuan sosial kepada orang miskin. Ia memimpin jam doa di gereja. Dan, atas dorongan Pendeta Newton, ia pun mengarang nyanyian pujian.

Sejak kecil William Cowper gemar akan puisi. Tetapi baru sekarang ia mulai memakai talentanya dengan membuat syair rohani. Pendeta Newton sendiri suka coba-coba membuat lagu rohani. Ia mengusulkan agar mereka berdua menerbitkan sebuah buku berisikan hasil karya mereka.

Selama beberapa tahun, proyek itu berjalan dengan baik. Lalu pada tahun 1773, penyakit jiwa William Cowper kambuh lagi. Baik kawan-kawan serumahnya maupun gembala sidangnya berusaha menolong dia. Lambat laun bayangan kegelapan diusir dari batinnya. Tetapi ia tidak lagi berusaha mengarang nyanyian pujian. Terpaksa Pendeta Newton bekerja sendirian dalam menyempurnakan apa yang masih kurang pada buku mereka. Akhirnya koleksi nyanyian pujian itu diterbitkan pada tahun 1779.

Pada tahun-tahun kemudian William Cowper mulai mengarang lagi, tetapi bukan lagu rohani. Ia menulis banyak syair, termasuk beberapa karangan yang panjang sekali, dan yang menempatkan dia pada baris depan penyair bangsa Inggris. Namun penyakit jiwa masih tetap membayangi dia, khususnya menjelang ajalnya. Sahabatnya dan saudaranya meninggal, satu persatu. Pada saat William Cowper sendiri meninggal, yaitu tahun 1800, ia kembali merasa diliputi oleh kesepian,dan putus asa.

Lagu Kesaksiannya

Bagaimanakah tanggapan kita terhadap seseorang yang riwayat hidupnya sedemikian anehnya? Bolehkah orang sakit jiwa mengarang lagu rohani?

Mungkin kita tak dapat mengerti mengapa William Cowper harus menderita sekian banyak sengsara semasa hidupnya. Mungkin kita tak dapat mengerti bagaimana jadinya bahwa dia kadang kala gila, namun kadang kala sanggup menciptakan puisi yang paling indah.

Namun kebodohan kita itu tidak usah mengakibatkan ketidakpercayaan. Tak dapat disangkal bahwa William Cowper adalah seorang pengikut Yesus Kristus yang tulus dan saleh, oleh karena ia sendiri meninggalkan kesaksiannya berupa hasil karyanya. (Mungkin fakta itu akan menyebabkan kita bersikap lebih berbelas kasihan terhadap "orang gila" dalam lingkungan kita sendiri.)

Salah satu lagu kesaksian William Cowper itu disoroti dalam pasal ini. Kata- kata puisi yang dicetak pada halaman 29 itu menggambarkan penyaliban Tuhan Yesus, serta keyakinan pengarang bahwa korban yang mulia itu telah menghapus dosanya.

Dari manakah datangnya musik yang biasa dicocokkan dengan syair karangan William Cowper itu?

Pertanyaan tadi rupa-rupanya tak terjawab. Melodi tersebut adalah sebuah lagu rakyat yang timbul di benua Amerika Utara pada abad yang lalu.

Sekali peristiwa, ada seorang pencuri yang ikut masuk perkumpulan orang Kristen. Ia mendengarkan orang-orang lain menyanyikan bait pertama dari "Lagu Kesaksian Karangan Orang Sakit Jiwa," yaitu tentang darah kudus yang tercurah di Golgota.

Kata pencuri itu: "Tidak ada apa-apa di dalamnya bagiku."

Lalu ia pun mendengar bait kedua, tentang penyamun yang tersalib di sisi Yesus, yang bertobat serta diberi pengampunan.

"Nah, itulah!" katanya. "Kalau dia dapat diampuni, aku juga."

Pasti William Cowper akan setuju...serta senang.

Author
: H.L. Cermat
Sumber
: Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, Jilid 1
® Lembaga Literatur Baptis
Submitted by admin on 27 June, 2006 - 11:35

Komentar