Bagi sebuah paduan suara ketertiban / aturan dalam menyanyi dan ketaatan pada sebuah partitur telah menjadi sebuah aturan main yang baku, nada-nada yang ada didalam partitur jika di diterjemahkan secara sempurna tentu akan menghasilkan bunyian & harmoni yang indah. Pada dasarnya dalam musik kita mengenal sebuah titian nada atau aturan nada yang berlaku universal. Aturan nada ini disebut Diatonis. Perkataan diatonis dipetik dari bahasa latin, Diatonicus, maksudnya nada-nada yang terdiri dari tujuh jenis bunyi yang ditulis di atas garis titi, yaitu DO - RE - MI - FA - SOL - LA - SI.
Kita mengetahui, bahasa Latin adalah bahasa Eropa yang terbilang tua. Orang Eropa mempedulikan bahasa Latin seperti kita mempedulikan bahasa Sansekerta. Karena perkataan diatonis berasal dari bahasa Eropa, sudah tentu pula aturan nada diatonis ini berasal dari bangsa Eropa.
Sebelum kita berkenalan dengan aturan nada diatonis, nenek moyang kita hanya mengenal aturan nada yang terdiri dari lima jenis bunyi. Aturan nada yang terdiri dari lima jenis bunyi ini disebut pentatonis, juga dipetik dari bahasa Latin, pentatonicus.
Orang pertama yang menemukan aturan nada diatonis ini namanya Guido Aretinus d’Arezzo. Ia seorang pastor Katolik dari mazhab Benediktus. Selain itu ia juga seorang guru. Ia lahir di Prancis pada abad kesembilan, kemudian menetap di Italia sampai akhir hayatnya.
Jasa Guido menemukan aturan nada diatonis itu menyebabkan orang lazim menyebut aturan nada ini menurut namanya, yakni aturan Guidonis atau skala Guidonis.
Adapun nada-nada diatonis ini sebutannya berasal dari rentetan kata-kata pujaan kepada Santa Ioanis, murid termuda Yesus Kristus, yang isinya memohon kepadanya, agar suara para penyanyi yang menyanyikan pujian kepada Tuhan, tetap merdu dan tidak parau.
Beginilah susunan kata-kata pujian itu;
Ut queant laxis
Renonare fibris
Mira gestorum
Famul tuorum
Sorve polluti
Labii reatum
Santa loanis
Susunan kata-kata di atas, kalau kita baca baris demi baris, dengan mengambil suku kata yang pertama, akan kita peroleh bunyi UT, RE, MI, FA, SOL, LA dan SI. Bunyi si merupakan singkatan huruf besar Santa dan loanis.
Tentu kita bertanya, nada DO datangnya dari mana? Bukankah menurut susunan kata-kata di atas, yang benar adalah UT? Ya, bunyi DO memang baru, diambil dari kata Dominus, artinya Tuhan, pengganti bunyi UT tersebut.
Demikianlah, dengan tujuh nada di atas, kita telah mengenal berjuta-juta karya musik yang telah mengubah Dunia!
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Guido_d%27Arezzo
http://www.forum.kartunet.com/viewtopic.php?f=3&t=30
- Login to post comments
- 67102 reads
Comments
5 comments postedsaya suka sekali menciptakan lagu rohani, saya ingin sekali lagu ciptaan saya bisa jadi berkat buat semua orang.Gimana dong? tolong kasih solusinya yach....?
Menurut saya untuk bisa menciptakan lagu yang bisa menjadi berkat buat semua orang, harus dimulai dengan menjadi berkat buat sang pencipta lagu tersebut.
Saya percaya lagu yang bisa memberkati sang penulis lagu, pasti bisa memberkati orang lain.
Dan selagi bisa menciptakan lagu, jangan berhenti. Tidak semua orang bisa menciptakan lagu loh mbak. Contohnya saya :) Saya pengen sekali dan sudah nyoba beberapa kali, tapi gagal terus hehe..
Ungkapkan semua ucapan syukur, doa dan pergumulan dalam lagu itu.. pasti bisa jadi berkat buat banyak orang.
http://id.shvoong.com/humanities/art-history/1730412-siapa-pencipta-solm...
oh iya begitu tho ceritanya baru tahu saya. terus kalau ada solmisasi kan ada juga sangkar nada !, masih ada ceritanya nggak sangkar nada yang mengggunakan kreis dan mol ukuran tinggi suaranya dan kunci G,F ?
Bagaimana dengan nada kromatis ?
Saat itu sudah ditemukan juga ?