Syair : Christ the Lord Is Risen Today, Charles Wesley, 1739.
Lagu : EASTER HYMN, tak dikenal, 1708. 1 Korintus 15: 3-4, 54-57
Setiap tahunnya pada hari Paskah, umat Kristen berkumpul untuk memuji Tuhan Yesus yang sudah bangkit. Mungkin tidak ada nyanyian pujian yang lebih sering terdengar pada saat-saat gembira itu, daripada lagu yang diceritakan dalam pasal ini.
"Haleluya! Haleluya!" berkali-kali dinyanyikan. Artinya: "Puji Tuhan! Puji Tuhan!"
Anehnya, ... pengarang "Lagu Pujian Hari Paskah' itu sendiri belum pernah mendengar kata "Haleluya!" dalam lagunya itu.
Bagaimanakah terjadinya, sehingga pengarang sendiri tidak tahu tentang "Haleluya!" dalam karangannya? Siapakah pengarang itu?
Putra Seorang Pendeta
Charles Wesley lahir di negeri Inggris pada tahun 1707. Ayahnya seorang pendeta, dan dialah anak yang ke-18 dalam keluarga itu. Tidak mengherankan bahwa keluarga yang sedemikian banyak anaknya agak miskin.
Tentu saja ibunya si Charles amat sibuk. Namun ia mengajar dan melatih tiap- tiap anaknya dengan cermat sekali. Misalnya: Tiap anak dalam keluarga Wesley dibimbing untuk belajar bicara dengan mengulangi Doa Bapa Kami. Tiap anak itu diajar abjad tepat pada hari ulang tahunnya yang kelima--tidak boleh satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya. Kata-kata pertama yang mula-mula dibaca oleh tiap anak Wesley ialah Kejadian 1:1, yaitu kata-kata pertama di dalam Alkitab.
Ibunya Charles Wesley adalah seorang guru anak-anak yang pandai. Ia tahu bahwa murid-muridnya akan cepat bosan kalau mereka disuruh membaca dan menghafal saja. Maka jam pelajaran dalam rumah tangga Wesley tiap hari itu dimulai dan ditutup dengan nyanyian. Tentu saja nyanyian itu pun ada manfaat rohani, karena semuanya diambil dari Kitab Mazmur.
Kedua hal itu--Kitab Suci dan kidung rohani--seumur hidup berpengaruh sekali dalam pengalaman Charles Wesley. Di kemudian hari, ketika ia sudah mulai mengarang nyanyian pujian, ia sering memasukkan dalam syairnya kutipan dari Alkitab dan istilah yang berdasarkan Alkitab. Kadang-kadang terdapat sebanyak satu cungkilan dari Alkitab pada tiap baris syair karangan Charles Wesley. Dan pernah dikatakan bahwa ia berhasil menulis nyanyian berdasarkan 61 dari 66 kitab di dalam Alkitab!
Pada umur sembilan tahun Charles Wesley berkesempatan memasuki sebuah sekolah yang baik. Kepala sekolahnya adalah kakak sulungnya, yang juga menjadi pendeta.
Namun kehidupan di sekolah itu sulit. Pelajarannya sungguh berat, dan semuanya harus dibawakan dalam bahasa Latin. Bahkan si Charles harus bercakap- cakap dengan kawan-kawannya dalam bahasa kuno itu. Ada beberapa murid sekolah yang kejam dan suka berkelahi; pernah Charles Wesley membela seorang anak kecil yang mau dipukuli oleh mereka.
Setelah Charles menjadi pemuda, ia masuk universitas dengan kakaknya John Wesley. Mereka membentuk semacam perkumpulan mahasiswa yang belajar Alkitab dan berdoa bersama-sama. Mereka pun berusaha menolong anak-anak gelandangan dari daerah miskin di kota tempat universitas itu.
Pengalaman Rohani Ketika kedua Wesley bersaudara masih muda, mereka berlayar ke daerah jajahan Inggris di Amerika Utara. Di kapal mereka berjumpa dengan beberapa orang Jerman yang sedang mengungsi ke Amerika demi kebebasan beragama. Rupa-rupanya orang- orang Kristen Jerman itu beriman teguh kepada Tuhan. Charles Wesley mulai merasakan bahwa ada sesuatu yang masih kurang dalam pengalaman rohaninya sendiri.
Setelah kedua Wesley bersaudara itu tinggal beberapa waktu di Amerika, lalu mereka kembali ke negeri asal mereka. Di kota London mereka mencari sebuah Gereja Moravian, yaitu aliran Kristen orang-orang Jerman yang telah mereka temui pada waktu naik kapal. Insaflah mereka sekarang bahwa segala pendidikan rohani yang telah mereka terima dulu belum memadai demi keselamatan, karena mereka belum pernah secara pribadi menyerahkan diri kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Pada tanggal 21 Mei 1738, Charles Wesley sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus. Tiga hari kemudian, kakaknya John Wesley juga berbuat demikian. Mulailah suatu pasal baru dalam kehidupan mereka.
Banyak Sekali Lagu
Tindakan Charles Wesley yang pertama-tama sebagai orang Kristen yang sudah dilahirkan kembali ialah, mengarang sebuah lagu rohani. Sejak hari itu sampai saat kematiannya limapuluh tahun kemudian, ia tidak pernah berhenti menulis nyanyian pujian.
Ketika ia jatuh cinta pada seorang wanita yang kemudian menjadi istrinya, ia menulis surat-surat cinta dalam bentuk nyanyian rohani. Ia sempat menulis sebuah lagu pada hari pernikahannya ... dan ia juga sempat menulis sebuah lagu pada hari kematiannya.
Kalau ada orang yang mengarang sebanyak 65 lagu, kita menganggapnya suatu jumlah yang besar, bukan?
Bagaimanakah kalau ada orang yang mengarang sebanyak 650 lagu? Hanya sedikit orang sepanjang sejarah yang pernah mencapai prestasi yang demikian, seperti misalnya Isaac Watts, yang riwayatnya dimuat dalam JILID 2, 3, dan 4 dari seri buku ini.
Akan tetapi ... bagaimanakah kalau ada orang yang mengarang sebanyak 6500 lagu?
Sukar untuk dipercaya, tetapi betul demikian: Selama setengah abad Charles Wesley giat sekali sebagai pendeta dan penginjil, namun ia pun mengarang sebanyak 6500 nyanyian pujian!
Dalam masa pelayanannya Charles Wesley sering bepergian dengan naik kuda. Pada suatu hari terjatuhlah dia dari pelana. Biarlah dia sendiri menceritakan selanjutnya, menurut suatu kutipan dari buku hariannya:
"Teman-teman seperjalanan mengira bahwa leher saya patah. Tetapi ternyata hanya kaki saya luka-luka sedikit, tangan saya terkilir, dan kepala saya pening. Inilah menyebabkan gangguan: Saya tidak sanggup menulis nyanyian rohani lagi... sampai keesokan harinya!"
Bahkan ketika umurnya sudah delapanpuluhan, Charles Wesley masih tetap mengarang lagu-lagu rohani. Tiap hari ia menunggangi seekor kuda kecil yang juga sudah tua, sehingga bulu yang tadinya hitam telah berubah menjadi abu-abu. Walau cuaca panas, Charles Wesley biasa memakai pakaian tebal pada waktu keluar dengan naik kuda. Sambil berjalan, ia pun memikirkan ide-ide untuk lagu-lagu rohani.
Kadang-kadang ia membawa serta sehelai kartu kosong dalam sakunya, agar ia dapat mencatat ilham yang diterimanya dalam perjalanan. Tetapi kadang-kadang kartu itu tidak cukup untuk memuat catatannya. Sering sepulangnya ia membiarkan si kuda begitu saja di halaman depan, sedangkan ia sendiri berlari-lari kecil masuk rumah sambil berseru: "Pena dan tinta! Hai, cepat! Pena dan tinta!" Setelah seorang anggota keluarga membawakan apa yang diminta, dan setelah Charles Wesley mencatat syair yang sedang menyibukkan pikirannya, barulah kemudian ia memberi salam dengan ramah kepada seisi rumahnya.
Hasil karyanya yang terakhir memang dikarang tepat pada hari ajalnya, yaitu pada tahun 1788. Walau ia tidak kuat lagi menulis apa-apa, namun ia masih sempat mendiktekan isi lagu itu kepada istrinya. (Lihatlah juga tambahan riwayat Charles Wesley dalam JILID 2, pasal 7, dan JILID 3, pasal 14, dari seri buku ini)
Riwayat Lagu yang Aneh
Charles Wesley mengarang "Lagu Pujian Hari Paskah" tepat satu tahun setelah dia dan kakaknya bertobat dan percaya, yaitu pada tahun 1739. Selama dua abad lebih, umat Kristen di seluruh dunia telah menjunjung tinggi karangannya itu sebagai suatu lagu pilihan.
Sama seperti hasil karya Charles Wesley yang lainnya, lagu Paskah itu pun mengutip dari isi Allcitab. Bandingkanlah 1 Korintus 15:55 dengan kata-kata karangan Wesley di halaman 23 itu.
Salah satu sebabnya orang-orang Kristen di mana-mana suka akan "Lagu Pujian Hari Paskah" itu ialah karena musiknya yang menggerakkan hati, dan karena seruan "Haleluya!" pada akhir tiap baris. Namun Charles Wesley sendiri tidak menulis kata-kata "Haleluya!" itu, dan mungkin belum pernah mendengar lagunya yang kini terkenal. Bagaimana sampai dapat terjadi hal yang sedemikian anehnya?
Salah satu sebabnya ialah, karena John Wesley tidak jadi memasukkan lagu Paskah karangan adiknya itu dalam koleksi hasil karya Charles Wesley yang disusunnya. Syair yang indah itu rupa-rupanya dilupakan saja.
Bertahun-tahun kemudian, seorang redaktur buku nyanyian yang lain (nama orang itu tak dikenal) menemukan syair Paskah Charles Wesley, dan ia sangat menyukainya. Timbullah gagasan dalam benak redaktur itu, untuk mencocokkan syair Paskah penemuannya dengan sebuah lagu kuno.
Melodi yang bersifat gembira itu mula-mula diterbitkan dalam suatu kumpulan nyanyian rohani pada tahun 1708. Judul buku itu adalah Lyra Davidica (Kecapi Daud). Nama komponisnya tidak disebut-sebut.
Tetapi ada satu persoalan jika syair karangan Charles Wesley akan dijodohkan dengan lagu kuno dari Lyra Davidica itu: Kata-katanya terlalu pendek, sehingga tidak cocok dengan not-notnya. Maka redaktur buku nyanyian itu menambahkan "Haleluya!" pada akhir tiap baris.
Demikianlah, melalui suatu proses yang berbelit-belit, "Lagu Pujian Hari Paskah" menerima bentuknya yang sekarang dikidungkan dengan sukacita di mana- mana. Tiap tahunnya umat Kristen di Indonesia dan di seluruh dunia mengumandangkan lagu pilihan itu sebagai nyanyian pujian kepada Tuhan Yesus, yang sudah bangkit dan hidup selama-lamanya.
Author
|
: | H.L. Cermat |
Sumber
|
: | Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, Jilid 1 ® Lembaga Literatur Baptis |
- Login to post comments
- 6869 reads