Syair : Angels, from the Realms of Glory, James Montgomery, 1816.
Lagu : REGENT SQUARE, Henry Smart, 1867. Lukas 2: 8-38; Matius 2;1-11
Dunia persuratkabaran banyak mengundang unsur ketegangan dan perjuangan... berita yang paling hebat...berdaya upaya untuk mendapatkan berita itu paling dahulu, lalu menyiarkannya paling cepat.
Jika kita hendak menemukan tempat asal sebuah lagu indah tentang kelahiran Sang Raja Damai di dunia ini, mungkin kita tidak akan mencarinya dalam dunia persuratkabaran.
Namun justru di situlah tempat asal usulnya salah satu lagu Natal yang paling disayangi di seluruh dunia. Nyanyian pujian itu justru diciptakan pada meja tulis kepala redaksi dari sebuah surat kabar.
Anak yang Ditinggalkan
Sesungguhnya dunia persuratkabaran jauh dari pikiran James Montgomery semasa kecilnya. Ia lahir pada tahun 1771 di Skotlandia. Ayahnya menjadi pendeta satu- satunya di negeri itu dari aliran Moravian, semacam gereja Kristen yang lebih terkenal di negeri Jerman. (Lihatlah juga pasal 3 dari buku ini.)
Pada masa kanak-kanak, James Montgomery turut orang tuanya ke Irlandia dan ke Inggris. Lalu mereka merasa dipanggil Tuhan untuk menjadi utusan Injil ke pulau Barbados, di Laut Carabia. Maka James, yang berumur duabelas tahun, ditinggalkan dalam asrama sekolah anak-anak Kristen.
Sesungguhnya si James mempunyai otak yang cerdik. Tetapi para gurunya kurang insaf akan hal itu, oleh karena ia sering lalai di sekolah. Si James lebih suka menulis syair daripada menyiapkan pekerjaan rumah. Akhirnya para pengurus asrama menentukan bahwa anak belasan tahun itu lebih baik putus sekolah dan mulai bekerja saja.
James Montgomery kurang senang bekerja di pabrik roti. Pada umur 16 tahun ia melarikan diri dan mulai berdikari. Ada kalanya ia bekerja di toko, ada kalanya ia berhasil menjual salah satu karangannya. Dengan demikian ia mendapat sedikit uang untuk menyambung hidupnya.
Sementara itu, ia mendengar bahwa baik ayahnya maupun ibunya telah meninggal diperantauan, yaitu di lapangan kerja mereka sebagai utusan Injil. Maka pemuda itu sungguh ditinggalkan sebatang kara di dunia.
Pada umur 20 tahun James Montgomery mulai bekerja pada sebuah kantor surat kabar di Sheffield, Inggris. Di antara para pekerja pabrik di kota Sheffield, ada gerakan buruh yang kuat, dan surat kabar itu menyokong usaha tersebut. Sebagai akibatnya, redaktur yang menerima James sebagai pembantunya itu terpaksa mengungsi ke Amerika.
James Montgomery masih muda sekali, baru berumur 23 tahun saja. Namun ia berani menjadi kepala redaksi yang baru.
Redaktur yang Berani Berjuang
Sebagai redaktur surat kabar, James Montgomery selalu menjunjung tinggi hak- hak asasi manusia. Bahkan dua kali ia dipenjarakan selama beberapa bulan, oleh karena ia terlalu terus terang mengecam tindakan pemerintah. Ia turut memberantas perbudakan manusia, dan memperjuangkan perlakuan yang lebih baik terhadap anak-anak seperti dirinya sendiri dulu, yakni yang terpaksa bekerja keras.
Lambat laun James Montgomery menjadi terkenal--mula-mula di kota Sheffield, kemudian di seluruh Inggris. Banyak orang yang mengagumi keberaniannya dan kerelaannya untuk membela rakyat kecil. Ketika ia dipenjarakan, ada teman-teman yang membayarkan denda yang juga dituntut daripadanya. James Montgomery lalu membayar kembali pinjaman uang itu.Akhirnya ia pun mampu menjadi pemilik surat kabar, di samping kepala redaksi.
Pada waktu James Montgomery setengah umur, ia mengundurkan diri dari dunia persuratkabaran. Tetapi ia masih tetap menyokong usaha apa saja demi masyarakat yang adil dan benar.
Akhirnya seorang perdana menteri Inggris Raya mengusahakan sebuah pensiun negara baginya. Jadi, pada masa tuanya James Montgomery dapat hidup dalam sebuah rumah yang bagus, tidak jauh dari kota Sheffield yang telah lama menambat hatinya. Di situlah ia pun meninggal pada tahun 1854.
Puisi dan Pujian
Di samping prestasinya dalam dunia persuratkabaran dan dalam perjuangan hak- hak asasi manusia, James Montgomery juga terkenal sebagai seorang penyair. Banyak karangan puisinya yang diterbitkan semasa hidupnya. Bahkan ia pernah menjadi calon penyair istana Inggris Raya, walau jabatan itu akhirnya diberikan kepada orang lain.
Seseorang pernah bertanya kepadanya: "Bapak Montgomery, dari semua puisi karangan bapak, manakah kiranya yang akan hidup paling lama?"
"Tidak ada," jawab James Montgomery, yang sungguh bersikap sederhana. "Tidak ada sama sekali...kecuali beberapa nyanyian pujian."
Tepat sekali penilaian James Montgomery terhadap hasil karyanya sendiri! Semua syairnya yang biasa itu sekarang telah dilupakan. Tetapi namanya masih harum sepanjang masa, sebagai salah seorang pencipta lagu rohani yang terbesar.
Dari 400 nyanyian pujian karangannya, ada satu lagu Natal yang telah menjadi kesayangan umat Kristen di mana-mana. Heran...walau James Montgomery adalah seorang Kristen yang saleh dan seorang penyokong pengutusan Injil di seluruh dunia, namun ia tidak menulis lagu pilihan itu untuk dinyanyikan di gereja. Malahan ia menyusunnya cepat-cepat menjelang Hari Natal tahun 1816, untuk mengisi pojok renungan dalam surat kabarnya. Ia sendiri heran kemudian, pada waktu ia insaf bahwa gubahannya itu sering terdengar di gereja.
Pemain Orgel Tunanetra
Salah satu sebabnya "Lagu Natal,dari Meja Tulis Redaksi" itu telah menjadi lagu pilihan kaum Kristen, ialah melodinya yang luhur dan gembira. Henry Smart (1813-1879) adalah seorang pemain orgel yang terkenal di negeri Inggris pada abad yang lalu. Ia pun suka mengarang musik dan menyusun kumpulan lagu rohani.
Sejak kecil penglihatan Henry Smart agak kabur. Usahanya dalam meredaksikan buku-buku musik gerejani itu merusak matanya, sehingga pada waktu setengah umur ia sudah menjadi buta sama sP,kali. Namun kecerdasan jarinya dan days ingatannya rnemungkinkan dia terus melayani sebagai pemain orgel di gereja-gereja besar.
Dua tahun sebelum ia meninggal, Henry Smart mendiktekan sebuah melodi baru kepada putrinya. Dan not-not itulah yang telah mengayunkan "Lagu Natal dari Meja Tulis Redaksi" ke seluruh penjuru alam.
Author
|
: | H.L. Cermat |
Sumber
|
: | Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, Jilid 1 ® Lembaga Literatur Baptis |
- Login to post comments
- 3965 reads