Oleh Ronald Pandjaitan
Suatu waktu, pada hari Sabat jam kebaktian khotbah, si Amir membawakan lagu hymn dalam Gereja, semua menikmati dan merasakan berkat Tuhan melalui lagu yang dibawakan dengan baik dan benar untuk kemuliaan Tuhan. Kemudian pada jam Pemuda Advent sore hari, jemaat pindah tempat ke alam dan mereka menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan dengan irama jazz rock; malam harinya setelah tutup Sabat si Amir dengan beberapa temannya pergi ke cafe menikmati musik di sana. Pertanyaan, apakah sebagai umat Tuhan, musik kita berbeda pada jam Khotbah dan Pemuda Advent, di dalam dan di luar Gereja, pada hari biasa dan hari Sabat?
Tuhan dalam rahmat-Nya memberikan tuntunan kepada kita melalui prinsip-prinsip Gereja kita (Guidelines Toward an SDA Philosophy of Music, Autumn Council of the GC Committee, October 14-29, 1972, Mexico City) sebagai berikut:
PRINSIP
1. Membawa kemuliaan kepada Tuhan dan menolong kita agar berkenan di dalam menyembah Dia. 1 Kor. 10:31 (musik haruslah bersifat "God centered, not self centered, kepelesiran atau self ratification atau berpusat pada manusia dengan masalahnya, not stimulate people physically but to elevate them spiritually).
2. Mengagungkan, mengangkat dan menyucikan pikiran orang Kristen Filipi 4:8, PP 594).
3. Secara efektif mempengaruhi orang Kristen dalam perkembangan tabiat Kristus dalam hidupnya dan dalam hidup orang lain (MS 57, 1906).
4. Syairnya selaras dengan ajaran Alkitab dan di dalam bahasa yang jelas, bukan samar-samar (R&H, 6 Juni 1912).
5. Menyatakan persesuaian antara pekabaran yang dilukiskan oleh kata-kata dengan musiknya, mengingat bahwa musik itu juga "bahasa" dan hindari suatu percampuran hal rohani dengan yang bukan rohani (Yeh. 22:26, Imamat 10:10).
6. Singkirkan musik yang berbentuk pementasan duniawi dan penonjolan kesombongan (Ev. 137, R&H, Nov 30, 1900).
7. Mendahulukan pekabaran dalam ayat/syair dan ayat ini jangan "ditutupi" oleh kerasnya volume alat musik pengiring (Gospel Workers 357-358).
8. Mempertahankan suatu keseimbangan yang bijaksana antara unsur emosi, intelektual dan rohani (R&H , 14 Nov 1899).
9. Jangan mengadakan kompromi prinsip keagungan dan keunggulan yang tinggi dalam usaha untuk mencapai orang di mana mereka berada (9Testimonies 143, Ev. 137).
10.Sesuai dengan acara/peristiwa dan hadirin (Ev. 507, 508).
B. MUSIK GEREJA
1. Musik dalam acara kebaktian: Kebaktian haruslah menjadi kegiatan manusia yang terutama dan kekal. Tujuan akhir manusia adalah memuliakan Allah. Di saat para penyembah datang ke Rumah Allah untuk mempersembahkan suatu korban pujian hendaklah pujian itu adalah musik yang terbaik. Perencanaan yang teliti dari setiap unsur musik dan acara itu diperlukan agar jemaat dituntun untuk menjadi hadirin yang berpartisipasi dan bukan menjadi penonton. Lagu-lagu yang digunakan untuk acara ini haruslah mengarah pada Allah, yang menekankan pujian dan menggunakan lagu-lagu agung yang diturunkan pada kita sebagai warisan. Lagu-lagu yang mempunyai nada-nada yang menguatkan, indah dan syair yang bernilai tinggi. Gembala harus mempunyai perhatian yang serius di dalam menambah kualitas dan kegemaran menyanyi anggota jemaat. "Menyanyi jangan dilakukan oleh beberapa orang saja" (Counsel on Health 481, 482). Pengalaman seorang Kristen akan sangat diperkaya oleh mempelajari dan menggunakan lagu-lagu baru. Dalam sebuah paduan suara/koor, lagu yang mempunyai arti harus dipilih dari pengarang berbobot di masa lampau atau dewasa ini, dinyanyikan oleh para biduan yang berserah dan musisi yang terlatih baik, akan menambah semarak acara dan menolong meningkatkan kualitas perbaktian. Alat-alat musik termasuk organ atau piano harus harmonis dengan tujuan ideal kebaktian dan dipilih dengan hati-hati dari bahan yang terbaik sejalan dengan kesanggupan dan ketrampilan pemainnya. Pemain musik bertanggung jawab mengiringi nyanyian hadirin dan ia mempunyai tanggung jawab besar dan istimewa untuk memberikan standar yang benar dalam segala permainannya, entah itu nyanyian pembukaan, penutup, memungut persembahan atau mengiringi lagu-lagu yang lain. Ia berada dalam suatu posisi yang unik untuk mengangkat derajat musik kebaktian di dalam gereja. Jika di dalam acara akan disuguhkan nyanyian tunggal/solo atau lagu istimewa lain, pilihan utama diberikan kepada lagu dengan syair Kitab Suci dan musik yang telah dikuasai benar oleh si penyanyi dan dipersembahkan kepada Tuhan tanpa memamerkan kehebatan tehnik suara. Komunikasi pekabaran haruslah yang terutama.
2. Musik dalam Evangelisasi. Musik yang digunakan di dalam Evangelisasi dapat termasuk lagu Injil/Gospel, lagu kesaksian atau lagu pengalaman; tetapi tetap tidak diperkenankan untuk mengadakan kompromi yang membuat rendah/diturunkannya prinsip tinggi kekekalan dan karakter sempurna pekabaran kita untuk menyediakan orang menyambut kedatangan Kristus yang kedua kali. Musik yang dipilih haruslah:
Dengan suatu penekanan yang lebih besar dewasa ini daripada waktu yang lalu, sedang diletakkan atas manifestasi/pernyataan Roh Suci, maka perhatian yang lebih besar harus ditunjukkan sehingga seorang dapat mengerti dengan sempurna akan pekerjaan Oknum Ketiga dari Keilahian.
3. Musik dalam Evangelisasi Orang Muda. Di dalam bidang evangelisasi orang muda, kebanyakan dari tuntunan-tuntunan yang disebut di atas itu dapat digunakan. Pertimbangan perlu diberikan kepada beberapa aspek tertentu yang unik dalam bidang ini. Orang muda cenderung untuk menyamakan musiknya dengan musik yang ada pada zaman mereka. Karena kerinduan untuk mencapai hal ini, maka orang muda yang membawakan lagu Injil Kristus seringkali terbawa untuk menggunakan cara penampilan musik yang diragukan. Di dalam cara penampilan ini, unsur musik yang membawa masalah yang rumit adalah irama atau beat. Dari segala unsur musik, irama-lah yang merangsang sambutan fisik yang paling kuat. Sukses Setan yang terbesar seringkali terjadi melalui rangsangannya pada keadaan fisik. Menunjukkan kewaspadaannya yang tajam terhadap bahaya ini pada orang muda, Ellen G. White berkata: "Mereka mempunyai telinga yang tajam untuk musik dan Setan mengetahui organ/bagian tubuh apa yang dirangsang, dihidupkan, ditawan dan menyenangkan pikiran agar
Kristus tidak dirindukan. Kerinduan jiwa untuk pengetahuan Ilahi bagi suatu pertumbuhan di dalam anugerah menjadi berkurang." (1Testimonies 497). Ini adalah suatu tuduhan yang kuat terhadap cara yang dalamnya musik boleh digunakan yang secara nyata bertentangan dengan rencana Allah. Bentuk musik jazz. rock dan bentuk (perkembangan) lain darinya cukup dikenal untuk menciptakan sambutan yang merangsang terhadap banyak orang. Di sudut lain kita memiliki musik tradisi daerah yang telah dihargai sebagai cabang aliran musik yang dapat diterima. Beberapa dari antaranya diterima sebagai alat untuk menyatakan kesaksian orang Kristen; yang lain mungkin dapat diterima di dalam suasana sekuler orang Kristen, tetapi mungkin tidak cocok untuk membawa nama Juruselamat. Perlu diingat bahwa malaikat, makhluk yang tidak jatuh dalam dosa merasa tidak layak dan menutup wajah mereka sebelum atau ketika menyebutkan nama yang Mahasuci. Setiap bentuk lagu daerah yang dinyanyikan harus diukur/dinilai oleh prinsip-prinsip yang sama sebagaimana jenis lagu lain yang telah dibahas sebelumnya. "Lebih tinggi dari pikiran tertinggi yang dapat dicapai manusia adalah cita-cita Allah bagi anak-anak-Nya." (Education 18). Mereka yang berusaha untuk mencapai cita-cita ini dan yang memimpin dalam kesaksian bagi orang muda akan memperoleh tuntunan Roh Suci melalui belajar musik yang disertai doa.
- Permasalahan lebih lanjut setelah rhythm/irama adalah faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas spiritual musik yaitu:
- Vocal: gaya menyanyi dengan suara parau identik dengan rock, gaya suara yang merangsang, sentimental, mendesah gaya penyanyi night club dan gaya lain yang merusak suara manusia, harus dihindari.
- Harmoni/choord: hindari penggunaan choord 7, 9, 11, 13 dan bentuk lainnya. Harmoni/chord ini bila digunakan terbatas, menghasilkan keindahan, tetapi bila digunakan berlebihan merusak kualitas spiritual yang benar dari syair.
- Suasana: Semua yang tidak pantas dan menyita perhatian untuk penyanyi seperti gerakan tubuh yang berlebihan tidak berkenan dalam kesaksian Kristus.
- Amplification/pengeras suara/bunyi: Kehati-hatian yang sungguh-sungguh harus dilakukan untuk menghindari bunyi instrument dan vokal yang berlebihan. Untuk penggunaan pengeras suara seperti itu dibutuhkan kepekaan untuk menciptakan keperluan spiritual dari mereka yang memberikan kesaksian dan dari mereka yang akan menerimanya. Pertimbangan yang bijaksana harus dilakukan untuk mempergunakan pengeras suara bagi alat musik.
- Penyanyi: Tujuan utama dari penyajian semua musik suci haruslah meninggikan Kristus ketimbang untuk mengagumi musisi atau menghadirkan entertainment.
- Login to post comments
- 9377 reads
Comments
2 comments postedsetiap puiji-pujian dalam gareja harus penuh dengan disiplin dan dalam keadaan tenang tidak seperti muzik duniawi yang berunsurkan ciri-ciri "rock".
Ketika Daud memuliakan dan memuji nama Tuhan, dia tidak malu, ia menari-nari untuk Tuhan... untuk menari kita perlu musik.. musik rock yang identik dengan dunia itu tidak baik karena mereka tidak ada Roh Kudusnya, kalo musik yang hingga sekarang sudah berkembang itu memiliki aransemen dan cara menyanyikan berbeda dengan kidung jemaat yang dibelakang Alkitab adalah karena adanya perkembangan tafsiran akan apa yang dikatakan Alkitab... so, pujian yang benar adalah pujian dimana hati kita mengarah kepada Tuhan apa pun bunyi dan jenis musik itu. yang jelas musik dunia tidak bisa untuk menyembah Tuhan tetapi musik rohani tidak harus selalu tenang dan musik yang memakai band, yang ramai itu tidak berarti tidak disiplin... atas dasar apa kalau boleh saya tanya, anonymous dalam mengatakan disiplin dan ketenangan?